Kiṃsīla Sutta 328 (2)

12 Aug 2019

No.33/II/Agt/2019

328) Setelah menanggalkan keangkuhannya, dengan sikap yang santun, seseorang pergi ke hadapan para guru pada waktu yang tepat. Seseorang hendaknya mengingat dan mempraktikkan makna, Dhamma, pengendalian diri dan kehidupan suci. (lanjutan)

Setelah menanggalkan keangkuhan, dengan sikap yang santun—setelah menghancurkan kesombongan yang menyebabkan watak yang keras; seseorang hendaknya menghadap dengan sikap yang rendah hati seperti selembar kain keset untuk membersihkan kaki, seperti seekor lembu jantan yang tanduknya telah dipotong atau seperti seekor ular yang taringnya sudah dicabut. Datanglah kepada guru dengan sikap yang lembut, yang tidak disertai dengan keangkuhan, kesombongan dan watak yang keras, kasar dan galak. Menghadap dengan sikap yang rendah hati dan pada waktu yang tepat, demikianlah yang diajarkan oleh Buddha.

Selanjutnya, arti dari seseorang hendaknya mengingat dan mempraktikkan adalah seseorang hendaknya mengingat makna ketika kesempatan tiba; mengingat Dhamma, pengendalian diri dan kehidupan suci ketika kesempatan tiba. Dia hendaknya tidak hanya puas dengan kegembiraan ketika mengingatnya tetapi setelah menerimanya, hendaknya dia mempraktikkan semuanya itu; dia hendaknya mengerahkan segenap energi dalam mewujudkan kata-kata tersebut di dalam dirinya sendiri. Untuk seseorang yang melakukan hal demikian maka dia adalah seseorang yang melaksanakan kewajibannya.

Yang dimaksud dengan makna adalah makna dari apa yang telah disampaikan (bhāsitatthaṃ). Sedangkan yang dimaksud dengan Dhamma di sini adalah teks (pāḷidhamma). Yang dimaksud dengan pengendalian-diri adalah budi pekerti yang baik (sīla). Yang dimaksud dengan kehidupan suci adalah ajaran lainnya yang berkaitan dengan kehidupan suci (avasesasāsanabrahmacariyaṃ).

Dia hendaknya tidak hanya puas dengan kegembiraan ketika mengingatnya saja tetapi setelah menerimanya, hendaknya dia mempraktikkan semuanya itu; dia hendaknya mengerahkan segenap energi dalam mewujudkan kata-kata tersebut di dalam dirinya sendiri. Untuk seseorang yang melakukan hal demikian maka dia adalah seseorang yang melaksanakan kewajibannya.

Sumber: Ashin Kheminda, Buku Kompilasi Ceramah tentang SUTTANTA, Dhammavihārī Buddhist Studies, Jakarta, 2019. Hlm 119-122