Nāvā Sutta 318

30 Sep 2019

No.40/V/Sept/2019

318) Seseorang hendaknya menghormatinya, darinya dia mengerti Dhamma. Seperti para dewata menghormati Inda. Dihormati, seseorang yang mempunyai banyak ilmu ( bahussuta)—senang hati dengan dia—mengungkap Dhamma.

Seseorang hendaknya menghormatinya, darinya dia mengerti Dhamma. Kita hendaknya menghormati mereka yang telah membuat kita bisa memahami dan mengalami pariyattidhamma yang terdiri dari tiga Piṭaka, atau paṭivedhadhamma, yaitu sembilan Dhamma adiduniawi yang dicapai setelah mendengarkan pariyatti.

Sembilan Dhamma adiduniawi adalah empat Jalan (magga), empat Buah (phala) dan Nibbāna yang dicapai setelah mendengarkan pariyatti.

Kemudian ada pertanyaan, “Mengapa murid harus menghormati guru?” Penjelasannya adalah apabila kita menghormati guru yang mempunyai banyak ilmu maka guru tersebut akan merasa senang hatinya dan kemudian beliau akan mengungkapkan Dhamma kepada kita sehingga kita akhirnya bisa memahami Dhamma.

Sedangkan yang dimaksud dengan seperti para dewata menghormati Inda adalah seperti halnya para dewa di dua devaloka yang memuliakan Sakka pemimpin para dewa maka demikianlah murid hendaknya menghormati gurunya dengan cara segera bangkit atau menghormati gurunya, mengerjakan semua tugasnya seperti melepaskan atau memakaikan sandal gurunya, menyiapkan minuman, tempat duduk atau bahkan memijat gurunya. Tradisi seperti ini masih bisa ditemui di Myanmar yang saya rasa merupakan teladan untuk kita semua di sini.

Yang dimaksud dengan dihormati adalah dihormati dengan cara yang tadi telah disebutkan, misalnya memijat dan lain sebagainya. Kemudian, penjelasan dari seseorang yang mempunyai banyak ilmu di sini berkaitan dengan pariyatti (Tipiṭaka) dan paṭivedha. Sedangkan yang dimaksud dengan senang hati dengan dia adalah ketika guru senang dengan muridnya maka dia akan mengungkap pariyattidhamma dengan memberikan wejangan (desanā) dan paṭivedhadhamma yang harus dicapai melalui paṭipatti sesuai dengan yang dinasihatkan (yathānusiṭṭha).

Jadi, guru yang senang hatinya akan mengajar pariyatti dan kemudian menuntun muridnya untuk berlatih meditasi (paṭipatti) guna menembus Empat Kebenaran Mulia; mencapai Jalan, Buah dan Nibbāna.

Kita harus melihat makna yang lebih dalam lagi dari apa yang dilakukan oleh Y.A. Sāriputta (Upatissa) sebelum menemui Buddha. Upatissa secara spontan ingat kepada Sañcaya. Demikian juga terhadap Y.A. Assaji, Y.A. Sāriputta sangat menghormatinya bahkan sesudah beliau menjadi seorang Arahat dan juga seorang murid Buddha yang terkemuka. Meskipun tingkat pencapaian spiritual Y.A. Sāriputta lebih tinggi, beliau masih saja menghormati Y.A. Assaji; karena dari beliau akhirnya Y.A. Sāriputta menemukan apa yang dia cari, yaitu keadaan tanpa-kematian.

Sumber: Kheminda, Ashin. Kompilasi Ceramah tentang SUTTANTA 1,
Dhammavihārī Buddhist Studies, 2019. Hlm 155-157