Nāvā Sutta 319

07 Oct 2019

No.41/I/Okt/2019

319) Setelah menyimak dan memahami maknanya, orang bijaksana melatihnya sesuai dengan Dhamma. Dia yang penuh perhatian bergaul dengan (guru) seperti itu menjadi terpelajar (viññū), bijak (vibhāvī) dan terampil (nipuṇa).

Yang dimaksud dengan setelah menyimak dan memahami maknanya, adalah setelah mendengarkan dan memahami dhamma yang diungkapkan oleh guru yang sedemikian senang hatinya. Sedangkan yang disebut sebagai orang bijaksana adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menampung apa yang telah diajarkan.

Kemudian, yang dimaksud dengan melatihnya sesuai dengan Dhamma adalah mengembangkan vipassanā yang sesuai dengan Dhamma—sesuai dengan kecocokan Dhamma adiduniawi. Maksudnya berlatih vipassanā untuk mencapai Jalan, Buah dan Nibbāna. Apabila kita melatih Dhamma (ajaran Buddha) ini dengan benar maka ajaran Buddha ini pasti akan menuju ke pencapaian Jalan, Buah dan Nibbāna. Sebaliknya, apabila ketika berlatih malah membuat kilesa kita semakin menguat maka kita telah berlatih sesuatu yang tidak sesuai dengan Dhamma.

Dia yang penuh perhatian bergaul dengan (guru) yang seperti itu akhirnya menjadi terpelajar (viññū), bijak (vibhāvī) dan terampil (nipuṇa). Dia menjadi terpelajar melalui pencapaian kebijaksanaan yang disebut kebijaksanaan/kedewasaan (viññūtā); bijak karena memiliki kemampuan untuk memberitahu dan menerangkannya kepada orang lain; terampil karena dia telah menembus kelembutan yang tertinggi (dari Dhamma).

Dia yang penuh perhatian adalah seorang yang penuh perhatian—yang mempunyai kualitas-kualitas seperti mempunyai banyak ilmu/berpengetahuan luas dan kualitas-kualitas yang telah disampaikan sebelumnya—adalah orang yang telah sampai di seberang; artinya sudah sampai ke keadaan yang bahagia, atau dengan makna yang tertinggi dia telah merealisasi Nibbāna.

Jadi setelah menyimak, mendengarkan dan memahami apa yang dijelaskan oleh guru yang sedemikian senang hatinya, orang bijaksana kemudian mengembangkan vipassanā yang sesuai dengan Dhamma, yaitu sesuai dengan kecocokan Dhamma-dhamma adiduniawi. Dia adalah orang yang terpelajar melalui pencapaian kebijaksanaan yang disebut sebagai kebijaksanaan atau kedewasaan.

Sumber: Ashin Kheminda, Buku Kompilasi Ceramah tentang SUTTANTA,
Dhammavihārī Buddhist Studies, Jakarta, 2019. Hlm 157-159