Mūlapaṇṇāsapāḷi (I.2A)

logo_dbs_square.png
Dhammavihari
06 Sep 2024

Kanon Pāḷi & Komentarnya

Mūlapaṇṇāsapāḷi

Lima Puluh Diskursus yang di Akar

(I.2A)

Sīhanādavagga

Kelompok Diskursus Auman Singa

(MN 11-12/I.2.1 – I.2.2)

Di Majjhima Nikāya

Oleh: Ashin Kheminda

Cetakan I, Oktober 2024

Penyunting: Natalia Lika, Karuna Adi Sasmita

Desain Sampul: Andries M. Halim

Penata Letak & Grafis: Ary Wibowo

Penerbit:

Yayasan Dhammavihari

Rukan Sedayu Square blok N 15-19 Jl. Outer Ring Road, Lingkar Luar Jakarta Barat 11730

Tel: 0813-8700-3600

Email: [email protected]

Website: www.dhammavihari.or.id

Pemesanan buku: http://bit.ly/bukuDBS

Sinopsis:

Buku ini merupakan terjemahan Kanon Pāḷi yang berisikan dua Diskursus awal dari “Kelompok Diskursus Auman Singa (Sīhanādavagga)” yang lengkap beserta ​​penjelasan Aṭṭhakathā dan Ṭīkā. Dalam Diskursus yang pertama, yaitu “Diskursus Kecil yang Berjudul Auman Singa (Cūḷasīhanādasutta — MN 11/I.2.1)”, Buddha memberikan pernyataan tegas bak ‘auman singa’ tentang keunggulan ajaran-Nya dan apa yang membedakan para pengikut-Nya dibandingkan dengan keyakinan lain, bahwa pertapa atau brahmana dari ajaran lain mungkin memiliki moralitas, namun mereka tidak sepenuhnya terbebas dari pandangan-pandangan salah. Buddha menjelaskan bahwa tujuan spiritual yang benar adalah bebas dari nafsu-kehausan, kebencian, delusi, dan pelekatan duniawi. Orang bijaksana yang memahami asal-usul dan akibat dari pandangan salah (tentang eksistensi dan non-eksistensi) adalah yang benar-benar terbebas dari penderitaan. Sementara mereka yang terperangkap dalam pandangan salah, nafsu-kehausan, kebencian, dan delusi akan tetap terjebak dalam siklus kelahiran dan kematian.

Diskursus yang kedua, yaitu “Diskursus Besar yang Berjudul Auman Singa (Mahāsīhanādasutta — MN 12/I.2.2)” berisikan tanggapan Buddha atas pandangan Sunakkhatta, seorang pangeran Licchavī yang setelah meninggalkan ajaran Buddha lantas merendahkan Buddha Gotama dengan mencela bahwa ajaran-Nya hanya berdasarkan logika dan investigasi pribadi; Buddha tidak memiliki kualitas-kualitas yang melebihi sepuluh perbuatan yang baik para manusia serta pengetahuan dan pandangan spesifik yang mampu mengetahui dhamma-dhamma yang mulia; ajaran Buddha hanya akan membawa ke kehancuran secara menyeluruh bagi individu yang mempraktikkannya. Menanggapi hal tersebut, Buddha menjelaskan empat kualitas tak tergoyahkan yang dimiliki oleh seorang Sammāsambuddha—yang mengetahui Empat Kebenaran yang Mulia dan lima Dhamma yang harus diketahui (Neyyadhamma) dengan benar atas usaha-Nya sendiri, serta sepuluh kekuatan yang luar biasa milik seorang Tathāgata.

Posting Serupa