Kanon Pāḷi & Komentarnya
Mūlapaṇṇāsapāḷi
Lima Puluh Diskursus yang di Akar
(I.2A)
Sīhanādavagga
Kelompok Diskursus Auman Singa
(MN 11-12/I.2.1 – I.2.2)
Di Majjhima Nikāya
Oleh: Ashin Kheminda
Cetakan I, Oktober 2024
Penyunting: Natalia Lika, Karuna Adi Sasmita
Desain Sampul: Andries M. Halim
Penata Letak & Grafis: Ary Wibowo
Penerbit:
Yayasan Dhammavihari
Rukan Sedayu Square blok N 15-19 Jl. Outer Ring Road, Lingkar Luar Jakarta Barat 11730
Tel: 0813-8700-3600
Email: [email protected]
Website: www.dhammavihari.or.id
Pemesanan buku: http://bit.ly/bukuDBS
Sinopsis:
Buku ini merupakan terjemahan Kanon Pāḷi yang berisikan dua Diskursus awal dari “Kelompok Diskursus Auman Singa (Sīhanādavagga)” yang lengkap beserta penjelasan Aṭṭhakathā dan Ṭīkā. Dalam Diskursus yang pertama, yaitu “Diskursus Kecil yang Berjudul Auman Singa (Cūḷasīhanādasutta — MN 11/I.2.1)”, Buddha memberikan pernyataan tegas bak ‘auman singa’ tentang keunggulan ajaran-Nya dan apa yang membedakan para pengikut-Nya dibandingkan dengan keyakinan lain, bahwa pertapa atau brahmana dari ajaran lain mungkin memiliki moralitas, namun mereka tidak sepenuhnya terbebas dari pandangan-pandangan salah. Buddha menjelaskan bahwa tujuan spiritual yang benar adalah bebas dari nafsu-kehausan, kebencian, delusi, dan pelekatan duniawi. Orang bijaksana yang memahami asal-usul dan akibat dari pandangan salah (tentang eksistensi dan non-eksistensi) adalah yang benar-benar terbebas dari penderitaan. Sementara mereka yang terperangkap dalam pandangan salah, nafsu-kehausan, kebencian, dan delusi akan tetap terjebak dalam siklus kelahiran dan kematian.
Diskursus yang kedua, yaitu “Diskursus Besar yang Berjudul Auman Singa (Mahāsīhanādasutta — MN 12/I.2.2)” berisikan tanggapan Buddha atas pandangan Sunakkhatta, seorang pangeran Licchavī yang setelah meninggalkan ajaran Buddha lantas merendahkan Buddha Gotama dengan mencela bahwa ajaran-Nya hanya berdasarkan logika dan investigasi pribadi; Buddha tidak memiliki kualitas-kualitas yang melebihi sepuluh perbuatan yang baik para manusia serta pengetahuan dan pandangan spesifik yang mampu mengetahui dhamma-dhamma yang mulia; ajaran Buddha hanya akan membawa ke kehancuran secara menyeluruh bagi individu yang mempraktikkannya. Menanggapi hal tersebut, Buddha menjelaskan empat kualitas tak tergoyahkan yang dimiliki oleh seorang Sammāsambuddha—yang mengetahui Empat Kebenaran yang Mulia dan lima Dhamma yang harus diketahui (Neyyadhamma) dengan benar atas usaha-Nya sendiri, serta sepuluh kekuatan yang luar biasa milik seorang Tathāgata.