Lanjutan…
324) Demikian juga, seorang yang telah mencapai pengetahuan yang tertinggi (vedagū), terlatih dengan baik (bhāvitatta), banyak pengetahuan (bahussuta) dan memiliki sifat yang tidak mudah terganggu (avedhadhamma); dia mampu menolong orang lain—yang memiliki telinga yang siap mendengar sebagai kondisi penopang yang sangat kuat—untuk mengalami dan memahaminya.
Yang dimaksud dengan seseorang yang telah mencapai pengetahuan tertinggi (vedagū) adalah seorang yang telah mencapai pengetahuan empat Jalan. Empat Jalan yaitu Jalan sotāpatti, Jalan sakadāgāmī, Jalan anāgāmī, dan Jalan Arahatta. Untuk menjadi seorang sotāpanna maka dia harus merealisasi Jalan dan Buah sotāpatti. Untuk menjadi seorang sakadāgāmī, dia harus mencapai Jalan dan Buah sakadāgāmī; seorang anāgāmi adalah Jalan dan Buah anāgāmī, dan seorang Arahat adalah Jalan dan Buah Arahatta.
Sedangkan batin yang terlatih dengan baik adalah batin yang telah dikembangkan melalui pengembangan Jalan yang sama tersebut.Yang dimaksud dengan seorang yang banyak pengetahuan adalah seorang yang memperoleh pengetahuan dengan metode yang telah dikatakan sebelumnya—melalui pariyatti dan paṭivedha. Kemudian, yang dimaksud dengan memiliki sifat yang tidak mudah terganggu adalah memiliki sifat yang tidak goyah oleh delapan dhamma duniawi (aṭṭhalokadhamma).
Delapan dhamma duniawi senantiasa mengikuti dunia lima agregat; senantiasa mengikuti kita. Dunia berputar bersama dengan delapan dhamma duniawi ini. Selama ada kehidupan maka delapan dhamma duniawi ini akan selalu ada. Ini adalah harga yang harus kita bayar dengan mengambil kelahiran. Tidak ada satu pun makhluk —bahkan juga Buddha—yang bisa menghindarinya. Delapan dhamma duniawi adalah terdiri dari:
(1) Lābho (laba/untung);
(2) Alābho (tidak untung/rugi);
(3) Yasa (masyhur/baik reputasinya);
(4) Ayasa (tidak masyhur/buruk reputasinya);
(5) Nindā (dicela);
(6) Pasaṃsā (dipuji);
(7) Sukha (bahagia); dan
(8) Dukkha (menderita).
Delapan dhamma ini senantiasa mengikuti kita. Jangan kaget apabila suatu saat nanti mereka datang kepada kita.
Kemudian yang dimaksud dengan yang memiliki telinga yang siap mendengar sebagai kondisi penopang yang sangat kuat adalah seseorang yang dilengkapi dengan telinga yang siap untuk mendengar dan dengan kondisi penopang yang sangat kuat untuk Jalan dan Buah.
Yang dimaksud dengan kondisi penopang yang sangat kuat adalah upanissayapaccaya di dalam Paṭṭhāna. Jadi orang tersebut adalah seseorang siap dan mau mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh guru.
Oleh karena itu, ketika mendengarkan kata-kata, apalagi kata-kata dari kitab suci, dari kitab komentar dan subkomentar maka kita hendaknya mendengarkannya dengan hati yang tenang dan berusaha memahami maknanya dengan baik karena hal ini bisa menjadi objek pendukung yang sangat kuat buat pencerahan kita di belakang hari nanti.
Sumber: Kheminda, Ashin. Buku Kompilasi Ceramah tentang SUTTANTA,
Dhammavihārī Buddhist Studies, 2019. Hlm 171-174.