Empat Klasifikasi Kamma - Berdasarkan Urutan Kematangan

19 Nov 2018

No.10/III/Nov/2018

1. Kamma Berat (garuka)

Buah dari kamma berat tidak terhindarkan, pasti muncul di kehidupan berikutnya berupa kemunculan kelahiran-kembali. Kamma jenis ini bisa kamma baik dan bisa juga kamma buruk.

Kamma berat yang buruk adalah lima kamma yang keji: Membunuh ibu kandung; Membunuh ayah kandung; Membunuh arahat; Dengan maksud jahat melukai tubuh Tathägata; Memecah belah Saṅgha dan yang keenam adalah memegang teguh pandangan-salah yang menolak hukum kamma.

Kamma berat yang baik adalah empat jhāna materi halus dan empat jhāna nonmateri. Delapan pencapaian jhāna inilah yang disebut sebagai kamma berat yang baik. Contoh kamma berat yang baik adalah pencapaian jhāna pertapa Alāra Kalama dan Uddaka Ramaputta. Mereka berdua berturut-turut menguasai jhāna ketujuh dan jhāna kedelapan. Oleh karena berhasil dipertahankan hingga detik terakhir di dalam kehidupannya, maka penguasaan jhāna tersebut menjadi kamma berat yang baik—langsung berbuah dengan menghasilkan kelahiran di alam-alam brahmā nonmateri sesuai dengan pencapaian jhāna-nya masing-masing.

2. Kamma yang Dekat Dengan Kematian (āsanna)

Kamma jenis ini bisa dari kamma baik maupun kamma buruk. Kamma yang dekat dengan kematian adalah kamma yang diperbuat sesaat sebelum seseorang meninggal dunia sebelum javana yang terakhir, atau diperbuat jauh hari sebelumnya, tetapi tiba-tiba, sesaat sebelum meninggal dunia, dia teringat akan perbuatan tersebut. Jadi kamma jenis ini bisa dikatakan sebagai kamma luar biasa yang spesial, karena tiba-tiba bisa muncul dan diingat tepat menjelang kematian. Apabila tidak ada kamma berat yang dilakukan oleh seseorang, maka kamma yang dekat dengan kematian biasanya akan muncul menjadi kamma produktif yang menghasilkan kelahiran-kembali.

Dengan demikian, seseorang yang seumur hidup banyak melakukan kamma buruk tetapi sesaat sebelum meninggal dia teringat akan perbuatan baiknya atau melakukan perbuatan baik maka dia akan terlahir di alam yang penuh kebahagiaan. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang seumur hidup banyak melakukan kamma baik tetapi sesaat sebelum meninggal dia teringat akan kamma buruknya di masa lalu atau melakukan kamma buruk maka dia akan terlahir di alam yang penuh penderitaan. Hal ini bukan berarti kita bisa melakukan kejahatan seumur hidup dan kemudian berusaha mengingat kamma baik atau melakukan kamma baik di saat menjelang ajal dengan harapan akan terlahir di alam penuh kebahagiaan. kamma dan buahnya bukanlah fenomena yang bisa kita kendalikan. Kita tidak tahu kapan kehidupan ini akan memasuki saat-saat akhirnya. Kita juga tidak tahu pasti kamma yang mana yang nanti akan berbuah. Yang kita tahu secara pasti adalah bahwa kamma baik, apabila berbuah, akan menghasilkan kebahagiaan. Sebaliknya kamma buruk menghasilkan penderitaan. ltulah yang pasti! Kekuatan kamma juga ditentukan oleh apakah kamma tersebut merupakan kebiasaan kita. Apabila menjadi kebiasaan maka kamma akan mempunyai potensi yang sangat kuat; sebaliknya, apabila bukan merupakan kebiasaan maka potensinya lemah.

Dari penjelasan kamma yang dekat dengan kematian ini kita bisa mendapatkan satu pelajaran yang berharga, yaitu untuk selalu mengingat kamma-kamma baik ketika berada di saat-saat akhir dari kehidupan, Itulah mengapa tradisi Buddhis mengajarkan kepada kita untuk senantiasa mengingatkan kamma-kamma baik yang pernah dilakukan oleh seseorang yang sedang berada di detik-detik akhir kehidupannya.

3. Kamma Kebiasaan (āciṇṇa)

Kamma kebiasaan adalah kamma baik atau kamma buruk yang sering dilakukan oleh seseorang secara terus-menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan. Apabila tidak ada kamma berat dan kamma yang dekat dengan kematian maka kamma kebiasaan akan muncul sebagai kamma produktif yang menghasilkan kelahiran kembali.

Apa yang sering kita kerjakan akan menjadi sifat dan karakter kita. Oleh karena itu, sudah semestinya kita membangun kebiasaan yang positif, yang baik dan tidak membiasakan diri untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, bereaksi dengan tidak baik berkata-kata dengan niat hati yang tidak baik, melakukan perbuatan tubuh yang tidak baik, berpikir yang tidak baik dan lain-lain. Jika selama hidup kebiasaan-kebiasaan Anda adalah berkata-kata yang lemah lembut, santun, penuh cinta kasih, welas asih, penuh kebijaksanaan, terbiasa berpikir yang baik, melakukan perbuatan yang baik, mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik seperti misalnya berdana dan lain sebagainya maka kebiasaan ini akan berpotensi menjadi kamma produktif yang menghasilkan kelahiran-kembali di alam yang baik.

4. Kamma Cadangan (kaṭatta)

Terminologi "cadangan" berasal dari kata Pāḷi yang berarti "perbuatan yang telah dilakukan." Jadi, kamma ini sesungguhnya juga merupakan kamma-kamma biasa—kamma baik atau kamma buruk yang berasal dari kehidupan lampau atau dari kehidupan saat ini—tetapi yang tidak termasuk di dalam tiga kategori kamma yang sebelumnya. Kamma ini bukan merupakan kamma berat, kamma yang dekat dengan kematian maupun kamma kebiasaan tetapi cukup mempunyai potensi untuk menghasilkan kelahiran-kembali. Apabila salah satu dari tiga tipe kamma yang terdahulu tidak ada maka kamma cadangan akan mengambil peran sebagai kamma produktif yang menghasilkan kelahiran-kembali. Jadi, berdasarkan urutan kematangan, kamma cadangan menempati posisi yang terakhir.

Sumber: Ashin Kheminda, Buku Kamma: Pusaran Kelahiran dan Kematian Tanpa Awal, Dhammavihārī Buddhist Studies, Jakarta, 2018. Hlm. 174-209