Empat Klasifikasi Kamma - Berdasarkan Tempat Kematangan

03 Dec 2018

No.12/I/Des/2018

1. Kamma Buruk

Kamma-buruk bisa tercipta melalui tiga pintu; yaitu kamma-buruk melalui tubuh (akusala kāyakamma): pembunuhan makhluk hidup, pencurian, perzinahan; kamma-buruk melalui ucapan (akusala vacīkamma): perkataan tidak benar, ucapan fitnah, ucapan kasar, omong-kosong; dan kamma-buruk melalui mental (akusala manokamma): dambaan, niat-jahat, pandangan-salah.

2. Kamma Baik Lingkup Indriawi

Kamma baik lingkup-indriawi adalah kebalikan dari kamma buruk. Seperti halnya dengan sepuluh jalan kamma buruk maka kita juga mengenal sepuluh jalan kamma baik (dasakusalakammapatha). Kamma-baik melalui tubuh (kusala kāyakamma): mehanan diri dari pembunuhan, menahan diri dari pencurian, menahan diri dari perzinahan; kamma-baik melalui ucapan (kusala vacīkamma): menahan diri dari perkataan tidak benar, menahan diri dari ucapan fitnah, menahan diri dari ucapan kasar, menahan diri dari omong-kosong; dan kamma-baik melalui mental (kusala manokamma): tiadanya dambaan, tiadanya niat-jahat, pandangan-benar.

3. Kamma Baik Lingkup Materi-Halus

Berbeda dengan kamma lingkup-indriawi yang bisa didapat tanpa meditasi, kamma baik lingkup materi-halus hanya bisa dilakukan melalui meditasi ketika seseorang mencapai jhāna materi halus. Yang mencapai jhāna pun harus seorang puthujjana atau seorang sekkha. Seorang arahat, meskipun menguasai jhāna materi-halus, tidak melakukan kamma ini. Pencapaian jhāna-nya tidak dilakukan oleh kesadaran baik melainkan kesadaran fungsional lingkup materi-halus.

4. Kamma Baik Lingkup Nonmateri

Kamma yang terakhir adalah kamma baik lingkup non-materi. Sama dengan kamma baik lingkup materi-halus, kamma ini adalah murni kamma mental—pencapaian salah satu dari empat jhāna nonmateri—yang dilakukan oleh seorang puthujjana atau sekkha. Apabila bisa dipertahankan hingga di momen menjelang kematian maka kamma ini menjadi kamma produktif yang membuahkan hasil berupa kelahiran kembali di salah satu dari empat alam brahmā nonmateri sesuai dengan tingkat jhāna-nya.

Sumber: Ashin Kheminda, Buku Kamma: Pusaran Kelahiran dan Kematian Tanpa Awal, Dhammavihārī Buddhist Studies, Jakarta, 2018. Hlm. 229-269