Parābhavasutta 97-98

11 Mar 2019

No.20/II/Mar/2019

97) Demikianlah, kami mengetahui hal ini. Inilah sebab ketiga untuk keruntuhan. “Beritahukanlah yang keempat, Begawan. Apakah sebab untuk keruntuhan?”

98) “Apabila seorang yang mampu tidak mendukung ibu atau ayahnya ketika mereka tua, usia mudanya telah pergi; inilah sebab untuk keruntuhan.”

Syair no. 98 merujuk pada seorang anak yang mampu, sukses dan hidup bahagia (samattho samāno sukhaṃ jīvamāno) namun tidak mau merawat (na poseti) orangtuanya yang sudah lanjut usia; berusia 80 atau 90 tahun (āsītikaṃ vā nāvutikaṃ vā) dan yang sudah tidak mampu melakukan pekerjaan untuk dirinya sendiri (sayaṃ kammāni kātumasamatthaṃ). Jadi, di syair ini hanya ada satu sebab keruntuhan yang disebutkan oleh Buddha yaitu tidak mendukung ibu atau ayah, tidak merawat, tidak menjaga dan tidak melayani mereka.

Problem di zaman Buddha juga masih bisa ditemui di masyarakat modern ini. Masih saja ada orang-orang yang tidak mau merawat orangtuanya. Padahal apabila kita renungkan maka kita akan menyadari betapa tidak ternilainya jasa dan budi baik orangtua kita, bukan? Bahkan di banyak kesempatan Buddha menyampaikan bahwa kita tidak akan pernah bisa membalas budi orangtua kita. Buddha memberikan contoh sebagai berikut. Seandainya kita menggendong kedua orangtua kita di kedua bahu dan membawa mereka berkeliling dunia selama 100 tahun sambil membiarkan mereka untuk membuang air besar di tubuh kita dan setiap hari kita mengurapi, mengolesi mereka dengan minyak untuk menghilangkan rasa pegal, itu pun tidak akan cukup untuk membayar budi baik yang sudah kita terima dari mereka.

Oleh karena itu selagi masih ada kesempatan mari kita tunjukkan bakti kita kepada mereka. Oleh karena apabila kita tidak merawat dan membiarkan mereka kesulitan di hari tuanya maka hal itu akan menjadi sebab dari kehancuran kehidupan kita. Sebaliknya, apabila kita merawat dan memperhatikan mereka maka itu adalah perbuatan yang sangat baik, mulia dan sekaligus menjadi sebab-sebab keberhasilan kita.

Seseorang yang tidak mendukung, tidak merawat dan tidak melayani (abharaṇaṃ, aposanaṃ, anupaṭṭhānaṃ) orangtuanya tidak mendapatkan manfaat demikian: “Oleh karena pelayanannya terhadap ibu dan ayahnya [maka] orang bijaksana memujinya di sini; setelah meninggal dia bergembira di surga.” Jadi, mereka yang berbakti kepada orangtua akan dipuji oleh orang bijaksana di sepanjang kehidupannya dan setelah meninggal dunia dia akan lahir di surga. Dengan merawat orangtua berarti kita juga menghormati mereka yang pantas untuk dihormati dan ini adalah suatu kebajikan. Itulah mengapa kebajikan tersebut mempunyai potensi untuk memunculkan kelahiran di surga.

Sumber: Ashin Kheminda, Buku Kompilasi Ceramah tentang SUTTANTA I, Dhammavihārī Buddhist Studies, Jakarta, 2019. Hlm 45-48