Saṃsāra

05 Nov 2018

No.8/I/Nov/2018

Hukum kamma bekerja di ladang yang disebut alam kehidupan. Sistem kosmologi Buddhis mengenal 31 alam kehidupan di dalam satu tata dunia. Akan tetapi, di dalam jagat raya ini terdapat ratusan ribu sistem tata dunia.

Tiga puluh satu alam kehidupan tersebut dibagi menjadi empat tingkatan alam (catubhūmi):

  • Alam Kemalangan/Alam Tanpa Kebahagiaan (apāyabhūmi).
  • Alam yang penuh kebahagiaan indriawi (kāmasugatibhūmi).
  • Alam lingkup-materi-halus (rūpāvacarabhūmi).
  • Alam lingkup nonmateri (arupāvacarabhūmi).

Alam Kemalangan (Apāya)

Tingkatan alam ini terdiri dari empat alam kehidupan, yaitu neraka (niraya), kerajaan binatang (tiracchanayoni), wilayah peta (pettivisaya) dan kumpulan jin (asurakāya).

Makhluk yang terlahir di empat alam ini akan menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam penderitaan. Walaupun kesadaran yang baik bisa muncul di alam-alam ini, tetapi, disebabkan oleh buah kamma buruk yang masak silih berganti, mereka tetap saja kesulitan menjaga batinnya untuk tetap tenang dan damai. Kesulitan, kesakitan, penderitaan dan kemalangan yang mereka alami di sepanjang kehidupannya jauh lebih banyak dibandingkan dengan kemudahan, keberuntungan dan kebahagiaan. Sungguh tidak menguntungkan terlahir di salah satu dari empat alam ini.

Dari empat alam apāya, ada tiga alam atau tiga jenis makhluk yang hidup bersama dengan manusia yaitu binatang, peta dan asura. Mereka yang ada di neraka hidup dengan lokasi yang berbeda—di dalam bumi. Empat alam apāya juga disebut sebagai kāmaduggati bhūmi atau bumi/tingkatan alam indriawi yang merupakan tempat tujuan yang tidak baik; atau alam penuh penderitaan.

Alam yang Penuh Kebahagiaan Indriawi (Kāmasugatibhūmi)

Terdapat tujuh tingkat alam yang penuh kebahagiaan, yaitu:

  1. Alam manusia (manussa);
  2. Alam Empat Mahāraja (cātummahārājikā);
  3. Alam Tiga Puluh Tiga Dewa (tāvatiṃsa);
  4. Alam Dewa Yāmā (yāmā);
  5. Alam yang sangat menyenangkan (tusita);
  6. Alam para dewa yang gemar mencipta (nimmānaratī);
  7. Alam para dewa yang mengendalikan ciptaan-ciptaan dewa lain (paranimmitavasavatti).

Dinamakan demikian karena para makhluk yang terlahir di alam-alam ini merasakan kebahagiaannya dengan bersandar pada pancaindra mereka. Dari tujuh alam tersebut, enam alam diatas alam manusia adalah alam surga yang dikenal oleh Buddhisme. Masih ada dua puluh alam surga lagi di atasnya. Alam-alam surga tersebut didiami oleh para makhluk yang kualitas kebahagiaannya tidak lagi bersandar pancaindra.

Alam Brahmā

Di atas alam yang penuh kebahagiaan indriawi, kita mendapatkan dua puluh alam brahmā yang merupakan alam surga tertinggi di sistem kosmologi Buddhis. Dua puluh alam brahmā tersebut terdiri dari:

  • Sembilan alam brahmā biasa,
  • Alam makhluk tanpa-batin (Asaññasattā),
  • Alam Buah Besar (Vehapphalā),
  • Lima Kediaman Murni (Suddhāvāsā),
  • Empat alam brahmā nonmateri (Arūpabrahmā)

Semua makhluk yang lahir di sini terbebas dari nafsu-nafsu indriawi. Hendaknya dipahami bahwa alam ini tidak hanya dihuni oleh mereka yang di kehidupan sebelumnya Buddhis; mereka yang non-Buddhis, yang menguasai jhāna pun bisa lahir di alam-alam ini.

Semua alam kecuali empat alam brahmā nonmateri adalah alam brahmā materi-halus. Jadi, kita mendapatkan enam belas alam brahmā materi-halus dan empat alam brahmā nonmateri.

Alam Materi-Halus (Rūpāvacarabhūmi)

Terdapat enam-belas alam lingkup-materi-halus atau yang dikenal juga sebagai alam brahmā materi-halus karena para brahmā yang tinggal di alam-alam ini memiliki tubuh yang sangat halus dan bahkan beberapa jenis materi sudah tidak ada di tubuh mereka.

Alam ini adalah alam kelahiran untuk mereka yang di kehidupan terakhirnya menguasai salah satu dari jhāna materi-halus. Jhāna-jhāna tersebut masih dikuasainya hingga di detik-detik menjelang kematiannya. Dengan demikian kelahiran di alam ini tidak akan bisa dicapai oleh mereka yang pada awalnya menguasai jhāna materi-halus dan di kemudian hari kehilangan jhāna-nya sebagai akibat kelalaian karena jarang berlatih atau karena terganggu oleh kilesa-kilesa yang kasar.

Alam Nonmateri (Arūpavacarabhūmi)

Berlokasi di atas alam brahmā materi-halus, alam ini terdiri dari empat tingkatan yang merupakan alam buat mereka yang di kehidupan sebelumnya menguasai jhāna nonmateri hingga di detik-detik menjelang kematiannya. Dikatakan sebagai alam nonmateri karena makhluk yang terlahir di alam ini tidak memiliki tubuh jasmani sama sekali. Eksistensi kehidupan mereka hanyalah berupa fenomena mental atau batin.

Sumber: Ashin Kheminda, Buku Kamma: Pusaran Kelahiran dan Kematian Tanpa Awal, Dhammavihārī Buddhist Studies, Jakarta, 2018. Hlm. 115-145